- PENDAHULUAN
Seorang siswa dikatakan berhasil bila telah mencapai tingkat ketuntasan minimal dari semua aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) saja, tetapi juga harus menunjukkan perubahan ke arah yang baik, dari tidak tahu menjadi tahu dan menjadi lebih mengerti.
Ketiga aspek tersebut diatas saling menunjang dan melengkapi dalam proses belajar bahasa. Bahkan saling kait mengkait antara ketrampilan yang satu dengan yang lain. Namun berbicara bahasa Inggris merupakan ketrampilan yang paling sulit bagi para siswa. Banyak siswa belum mampu dan belum lancar mengungkapkan maksud dengan baik dan benar, meskipun dalam bahasa yang sederhana sekalipun. Hal ini terbukti dengan adanya kenyataan bahwa pada masa sekarang ini para lulusan SMA maupun SMK bahkan sarjana, belum bisa berkomunikasi secara lancar dengan Bahasa Inggris. Terdapat banyak instansi pemerintahan, swasta, BUMN, dan hotel-hotel yang menyelenggarakan kursus bahasa Inggris dengan memanggil para guru dengan maksud dan tujuan agar para karyawan perusahaan tersebut mampu berbicara bahasa Inggris dengan baik dan lancar ( Data Ditluknas 1998 ).
Dari fakta tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa ketidakmampuan berbicara bahasa Inggris dengan baik antara lain disebabkan karena kurangnya kesempatan menggunakan metode bahasa Inggris yang tepat. Kemungkinan lain guru kurang memiliki kemampuan menggunakan teknik apa yang efektif untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar, terutama teknik yang tepat untuk wicara. Setiap siswa sering mendapatkan grammar yang komplit serta kosa kata yang begitu banyak, namun jarang dipraktikkan baik di dalam kelas maupun di luar kelas sehingga mengakibatkan siswa kurang terlatih, kemudian siswa jarang mendengarkan secara langsung., siswa hanya ditekankan pada ketrampilan reading, writing, dan translation saja, demikian juga dengan guru kurang mempraktikkan secara langsung di depan kelas tidak menggunakan bahasa inggris. Faktor tersebut diatas yang menyebabkan siswa sendiri kurang mampu berbicara dengan baik dan lancar, sementara (Lee, 1978) mengemukakan teorinya sebagai berikut :
Even students whose english grammar is nearly perfect, his vocabulary is very complete so his pronunciation has definite accent but cannot express it well. One reason students cannot understand spoken English is that they may never have had the opportunity to hear it formely most english instruction tended to emphasse, reading, writing, and translation teachers talked a great deal about English but they seldom spoke itself.
Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat sebuah kaitan siswa kelas X MIPA SMA Bayt Al-Hikmah Pasuruan perlu mendapat perhatian yang seksama dalam pengajaran wicara. Terutama seorang guru harus benar-benar mampu memberikan contoh berbahasa Inggris yang baik dan benar di depan kelas. Dengan demikian, siswa dapat mendengarkan baik cara pengucapannya, laval bunyinya maupun pronounciation secara jelas dan langsung. Hal penting lainnya adalah bagaimana membuat siswa tertarik dan lebih berminat dalam berbicra. Untuk itulah dalam tulisan ini penulis berusaha mencari jawaban yang dapat memecahkan hal-hal tersebut diatas karena metode lama tidak nyaman untuk siswa, maka penelitian ini diberi judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Bahasa Inggris Siswa melalui Project Based Learning dengan Media Komik”.
Komik dapat didefinisikan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungannya dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Pada awalnya, komik diciptakan bukan untuk kegiatan pembelajaran, namun untuk kepentingan hiburan semata.
Manfaat komik sebagai media pembelajaran dapat disebutkan sebagai berikut: (a) Memperjelas materi; (b) Menciptakan nilai rasa lebih dalam memahami materi; (c) Membangkitkan perhatian dan minat siswa untuk membaca, sehingga dapat memperluas penguasaan kosa kata siswa; (d) Siswa merasa senang karena komik dilengkapi gambar-gambar yang menarik; (e) Membangkitkan rasa ingin tahu siswa; (f) Memotivasi siswa untuk belajar; (g) Dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Sementara itu, teks recount merupakan jenis teks yang isinya melaporkan peristiwa. Tujuan teks recount adalah untuk memberitahuka atau hiburan. Tujuan dari Recount Text adalah untuk memberikan informasi atau untuk menghibur pembaca sehingga tidak terdapat konflik.
Macam-macam teks recount adalah sebagai berikut: (1)Personal Recount yaitu menceritakan tentang pengalaman pribadi penulis, (2) Factual Recount yaitu laporan peristiwa yang benar-benar terjadi, seperti laporan percobaan ilmu pengetahuan, laporan kepolisian, (3) Imaginative yaitu membuat cerita imaginative lalu menuliskan peristiwa atau kejadian yang telah terjadi.
Struktur kebahasaan recount text adalah sebagai berikut : (a) Orientation yaitu pengenalan berupa memberikan informasi tentang siapa, dimana dan kapan peristiwa atau kejadian itu terjadi di masa lampau, (b) Events yaitu merupakan rekaman peristiwa yang terjadi, biasanya disampaikan dalam urutan kronologis, seperti : "In the first day... . And in the next day And in the last day " Pada bagian ini terdapat juga komentar pribadi tentang peristiwa atau kejadian yang diceritakan, (c) Reorientation yaitu pengulangan pengenalan yang ada di orientation, pengulangan tentang rangkuman peristiwa atau kejadian yang diceritakan.
Pada saat membaca Recount Text, akan ditemukan ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut : (1) Menggunakan kalimat dalam bentuk Past Tense. Contoh : We went to Bandung last year, I was very happy, (2) Menggunakan Action Verbs. Contoh : went, bought, wrote, slept, (3) Menggunakan Adverbs and Adverbial Phrase untuk mengungkapkan waktu, tempat dan cara. Contoh : yesterday, at school, quickly, (4) Menggunakan Conjunction dan Time Connectives untuk mengurutkan peristiwa atau kejadian. Contoh : but, and, after that.
Contoh teks recount:
Singapore
I want to tell you about my memorable time in Singapore. It was one of the best holidays I ever had.
I shall never forget the spectacular sight of the city. I saw from Mount Fable that night. The roller-coaster ride, the stunts performed by the dolphins and the killer whale at the
Sea World were also exciting. I shall remember the thrill of having been on one of the longest rides in the monorail in Sentosa Island for many years to come.
I also enjoyed various varieties of seafood at the makeshift roadside stalls at the Chinatown night market. I also enjoyed the shopping trips. My family and friends agreed that the souvenirs were value for money, especially the silk scarves with pretty prints and the attractive key chains.
PjBL bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek. Melalui PBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subyek (materi) dalam kurikulum, (b) Project Based Learning asks a quesstion or poses a problem that each student can answer. PjBL adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka PjBL memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif, (c) Project Based Learning asks students to investigate issues and topics addressing real world problems while integrating subjects across the curriculum. PjBL merupakan pendekatan pembelajaran yang membuat oeserta didik membuat jembatan yang menghubungkan antar berbagai subyek materi. Melalui jalan ini, peserta duduj dapat melihat pengetahuan secara holistik. Lebih dari pada itu, PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik, (d) Project Based Learning is a method that foster abstract, intellectual tasks to explore complex issues. PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan pemahaman. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan mensintesis informasi melalui cara yang bermakna.
Istilah pembelajaran berbasis proyek merupakan istilah pembelajaran yang diterjemahkan dari istilah dalam bahasa Inggris project based learning. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan nilai-nilai. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja sama secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkontsruksikan produk nyata.
Sedangkan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
- METODE
Pembelajaran Bahasa Inggris dengan percakapan (speaking) memerlukan teknik khusus agar siswa dapat memahami materi dengan benar. Salah satu teknik yang digunakan adalah dengan melalui media comic untuk menarik perhatian siswa. Selain untuk menarik perhatian siswa, media comic pada pembelajaran Bahasa Inggris juga dapat meningkatkan kreativitas belajar berbahasa Inggris. Siswa terlatih dalam permainan sehingga percakapan berbahasa Inggris lebih mudah dipraktekan. Penggunaan media comic dalam pembelajaran speaking juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada pelajaran Bahasa Inggris yang diajarkan pada Kelas X MIPA SMA Bayt Al-Hikmah Pasuruan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan hipotesis tindakan yang diperoleh, yaitu sebagai berikut : (1) Pembelajaran Bahasa Inggris dapat menarik perhatian siswa melalui penggunaan model pembelajaran proyek (Project Based Learning) dengan media comic, (2) Dengan penggunaan model pembelajaran proyek (Project Based Learning) dengan media comic pembelajaran Bahasa Inggris dapat meningkatkan kreativitas dan minat belajar siswa lebih baik, (3) Pelajaran Speaking dengan menggunakan model pembelajaran proyek (Project Based Learning) dengan media comic dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Bayt Al-Hikmah. Kelas yang diteliti adalah Kelas X MIPA dengan jumlah siswa 28 orang. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah model pembelajaran proyek (Project Based Learning) dengan media comic pada pembelajaran speaking dengan media comic dengan observasi kegiatan : (1) Presentasi kehadiran siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) Keaktifan dan partisipasi siswa dalam kegiatan individu dan kelompok, (3) Perhatian dan ketertarikan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Rencana tindakan ini juga dapat digunakan sebagai panduan dan arahan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, kegiaatan penelitian dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, setiap siklus berlangsung 2 jam pelajaran ( 2 X 45 menit ). Setiap siklus meliputi tahap: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan Evaluasi, (4) Analisis dan Refleksi.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi dan kemampuan berbicara pada pembelajaran speaking dengan model pembelajaran proyek (Project Based Learning) dengan media comic. Proses pelaksanaan tindakan kelas melalui tiga tahap secara berdaur ulang dalam 2 siklus mulai dari (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi.
Tahap pertama yaitu perencanaan, pada tahap ini peneliti dan guru secara kolaboratif mengadakan kegiatan sebagai berikut: (a) Mengamati teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Inggris khususnya pada pembelajaran speaking dengan model pembelajaran proyek (Project Based Learning) dengan media comic. (b) Mengidentifikasi faktor- faktor hambatan dan kemudahan yang ditemui guru dalam pembelajaran speaking dengan model pembelajaran proyek (Project Based Learning) dengan media comic. (c) Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa Inggris demi peningkatan pemahaman siswa kepada materi pelajaran. (d) Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL yang meliputi: (1) pemilihan tema yang dapat menarik perhatian siswa dan menantang kemampuan berpikir; (2) pemilihan prosedur dengan teknik diskusi kelompok sesuai dengan pembelajaran PjBL yang efektif, efisien, dan kreatif; (3) mengatur tata letak duduk siswa yang dapat menimbulkan suasana aman, nyaman, dan rileks sehingga suasana pelajaran menjadi menyenangkan; dan (4) panduan model pembelajaran proyek (Project Based Learning).
Tahap kedua yaitu pelaksanaan, dalam tahap pelaksanaan peran peneliti adalah sebagai berikut : (1) Merancang model pembelajaran yang berkaitan dengan pelaksanaan model pembelajaran PjBL di kelas yang bekerjasama dengan guru pengajar sesuai rencana yang telah ditentukan, (2) Bekerja dengan praktisi dalam melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
(3) Peneliti berperan sebagai guru untuk memberikan pengarahan, motivasi, dan stimulus agar guru melaksanakan perannya sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
Tahap Ketiga yaitu Pengamatan, yaitu melakukan pemantauan komprehensif terhadap pelaksanaan tindakan dengan instrument pengumpul data yang telah dibuat sehingga diperoleh data empirik pelaksanaan tindakan pembelajaran, kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa Inggris akan dijadikan bahan sebagai bahan melakukan refleksi.
Tahap keempat yaitu Refleksi, peneliti dan praktisi mendiskusikan hasil pengamatan tindakan yang telah dilakukan. Hal-hal yang dibahas adalah: (1) Analisis terhadap tindakan yang dilakukan, (2) Mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, (3) Melakukan pemaknaan dan penyimpulan data yang telah diproses, serta melihat hubungan dengan teori dan rencana yang telah ditetapkan.
Teknik pengumpulan data untuk keaktifan siswa diambil dengan cara melakukan observasi langsung pada saat proses pembelajaran dengan lembar penilaian yang telah ditetapkan, sedangkan pendapat dan tanggapan siswa dengan cara mengisi lembaran pendapat dan tanggapan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini juga menggunakan cara tes. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap pemahaman materi pelajaran. Tes dilakukan pada awal pelajaran (pre tes) untuk mengetahui sejauh mana siswa memiliki pengetahuan pada materi yang baru akan dipelajarinya. Setelah berakhir siklus kedua juga diadakan tes atau evaluasi berkenaan dengan prestasi belajar siswa pada materi yang bersangkutan berupa Ulangan Harian. Dengan demikian sekaligus akan diketahui efektifttas penggunaan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Project Based Learning.
Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan statistik deskriptif secara rata-rata dan persentase, yaitu dengan menginventarisasi dan memadukan seluruh informasi yang diperoleh dari setiap siklus. Data yang diperoleh berdasarkan: (1) Hasil observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung, (2) Hasil lembar pendapan dan tanggapan yang ditulis siswa, (3) Analisis hasil belajar siswa melalui kegiatan pre-tes dan ulangan harian.
- HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan model pembelajaran proyek (Project Based Learning) dengan menggunakan media comic dalam pembelajaran di kelas X MIPA SMA Bayt Al-Hikmah, sebagai alasan dipakainya metode ini, pertama metode ini sangat mudah terencana oleh pengajar bahasa Inggris. Model pembelajaran proyek (Project Based Learning) dengan menggunakan media comicini dapat diterapkan jika siswa terlihat enggan atau jenuh dalam mengikuti pelajaran, kira- kira jam akhir metode ini boleh diberikan, tentu dengan melihat situasi dan kondisi. Penelitian tentang pembelajaran speaking dengan model pembelajaran proyek (Project Based Learning) menggunakan media comic di Kelas X MIPA SMA Bayt Al-Hikmah hasilnya terungkap setelah dilakukan penelitian.
Dari instrument penelitian siklus pertama mendapatkan hasil sebagai berikut: (a) Aktivitas guru dan siswa pada pengolahan pembelajaran terdiri dari : (1) Pada awal pembelajaran guru masih kurang memotivasi siswa, (2) Tujuan pembelajaran sudah disampaikan dengan cukup, (3) Pada kegiatan inti, masih ada beberapa siswa yang belum berpartisipasi penuh dalam kegiatan kelompok membahas soal-soal, (4) Dalam kegiatan presentasi belum menyampaikan pokok- pokok masalah dengan tuntas, (5) Guru menyimpulkan materi yang telah didiskusikan, namun beberapa siswa belum memperhatikan dan mencatat kesimpulan materi pelajaran, (6) Pada akhir pembelajaran evaluasi belum dapat dilaksanakan dengan baik, (7) Pengolahan waktu masih kurang baik, beberapa kelompok belum menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. (b) Hasil nilai pre tes terdiri dari : (1) Dari hasil pre tes siswa yang mendapatkan nilai 91 – 100 tidak ada, (2) Nilai terendah adalah 10 dicapai oleh 1 orang siswa, (3) Nilai tertinggi adalah 90 dicapai oleh 1 orang siswa, (4) Nilai rata-rata masih rendah yaitu 56,57, (5) Jumlah nilai keseluruhan dari 31 siswa adalah 1753, (6) Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam mengerjakan soal-soal pre tes pada siklus pertama dapat diketahui dengan rumus di bawah ini:
∑X
M = N
1753
=
31
= 56,57
Keterangan:
M = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah nilai siswa
N = Jumlah siswa
Siswa yang mendapat nilai > 65 masih banyak, hanya siswa tertentu yang sudah mendapat nilai cukup baik. Kesimpulan siklus I masih banyak siswa kelas X MIPA SMA Bayt Al-Hikmah yang belum memahami materi dengan baik.
Dari pembahasan siklus II dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (a) Aktivitas dalam pengolahan pembelajaran siklus II terdiri dari: (1) Pada awal kegiatan guru sudah membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik, (2) Kegiatan inti pelajaran sudah dilaksanakan dengan baik, sebagian besar siswa berpartisipasi penuh dalam kegiatan kelompok dalam membahas soal-soal, (3) Presentasi dapat dilakukan oleh semua kelompok dengan baik, siswa dalam kelompok menyampaikan materi dengan benar, (4) Beberapa siswa sangat aktif dalam mengikuti presentasi kelompok dengan memberikan beberapa pertanyaan yang masih belum dipahami, (5) Di akhir presentasi guru menyampaikan kesimpulan atau pokok-pokok materi yang harus diketahui siswa, (6) Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran dan memperhatikan penjelasan guru serta melakukan kegiatan mencatat, (7) Evaluasi dapat dikerjakan dengan mudah dan benar oleh semua siswa, (8) Pengelolaan waktu dapat diatur dengan baik dan tepat waktu. (b) Hasil nilai Ulangan Harian yaitu dengan rincian sebagai berikut:
(1) Siswa yang mendapatkan nilai 85 – 100 ada 10 orang, (2) Nilai terendah adalah 75 dicapai oleh 6 orang siswa, (3) Nilai tertinggi adalah 95 dicapai oleh 1 orang siswa (4) Nilai rata-rata adalah 82, 26, (5) Jumlah nilai keseluruhan adalah 2139, (6) Item soal masih dikategorikan sulit bagi siswa, (7) Berdasarkan hasil yang dicapai dalam kegiatan Ulangan harian, maka hasilnya sebagai berikut:
∑X
M =
N
20139
=
26
= 82,26
Keterangan:
M = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah nilai siswa
N = Jumlah siswa
Siswa yang mendapatkan nilai > 75 adalah 26 orang siswa secara keseluruhan materi pelajaran sudah dikeuasahi oleh semua siswa. Nilai rata-rata siswa 82,26 menunjukkan bahwa semua siswa telah menguasai materi pelajaran dengan baik. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi nilai
NILAI | FREKUENSI |
KLASIFIKASI | |
SIKLUS I | SIKLUS II | ||
85 – 100 70 – 84 60 – 69 50 – 59 0 – 49 | 1 16 3 3 1 | 10 16 - - - | Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang |
Adapun rekapitulasi nilai rata-rata adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Rekapitulasi nilai rata-rata
NILAI RATA-RATA |
KETERANGAN | |
SIKLUS I | SIKLUS II | |
56,57 | 82,26 | Terdapat peningkatan |
Dari hasil pengamatan dan analisis data pada penelitian ini, dapat disampaikan bahwa ada peningkatan kemampuan prestasi belajar Bahasa Inggris menggunakan media comic. Kemampuan percakapan berbahasa Inggris ( speaking ) menjadi lebih baik daripada sebelumnya, hal ini sudah terlihat dari data-data di atas terdapat peningkatan nilai rata-rata tes awal adalah 56,57 sedangkan hasil nilai rata-rata nilai Ulangan Harian menjadi 82,26. Ini adalah prestasi yang sungguh menggembirakan bagi siswa Kelas X MIPA SMA Bayt Al-Hikmah Pasuruan Semester Genap Tahun 2018/2019.
Dengan demikian keberhasilan penggunaan media comic dalam pelajaran speaking ini dapat dilanjutkan dengan materi pelajaran yang lain sehingga kemampuan berbahasa Inggris yang dimiliki siswa dapat berkembang menjadi lebih baik lagi.
- KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengajaran speaking dengan media comic di Kelas X MIPA SMA Bayt Al-Hikmah Pasuruan Semester Genap Tahun 2018/2019, dapat disimpulkan berikut ini:
(1) terdapat kesesuaian antara model PjBL dengan karakteristik pembelajaran Bahasa Inggris pada Kelas X MIPA SMA Bayt Al-Hikmah Pasuruan, (2) siswa memperlihatkan peningkatan antusiasme dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris; dan (3) prestasi belajar siswa meningkat. Nilai rata-rata pre tes pada siklus I = 56,57 dan ulangan harian siklus I = 82.26.
{Oleh: Nurdiansyah, S.Pd.)