Postingan tersebut adalah contoh cuitan generasi Z yang muncul sesaat setelah ujian nasional berbasis komputer (UNBK) tahun 2018 kemarin. Salah satu penyebab munculnya postingan tersebut adalah terlalu “HOTS”nya soal UN yang dianggap sudah diambang batas kemampuan siswa.
Bahkan baru-baru ini beredar kabar, bahwa akan semakin banyak soal HOTS yang akan muncul pada ujian nasional 2019, khususnya pada UNBK tingkat SMA. Hal itu diperkuat dengan pernyataan Menteri Pendidikan Nasional Bapak Muhadjir Efendi yang dalam suatu kesempatan menyampaikan, bahwa soal UN pada tahun 2109, khususnya tingkat SMA akan lebih tinggi tingkat kesukarannya, dan siswa lebih banyak akan dihadapkan untuk mengerjakan soal High Order Thinking Skill (HOTS).
Fenomena munculnya soal HOTS di dalam ujian Nasional dianggap sebagai moment yang kadang sedikit “mengerikan” bagi guru dan peserta didik. Karena secara realita dalam proses pembelajaran di kelas guru tidak selalu memberikan strategi pembelajaran yang HOTS di setiap kompetensi dasar. Selain itu untuk membuat soal model HOTS guru harus memikirkan stimulus yang menarik, konstektual, dan berbasis kasus. Jelas hal ini membutuhkan waktu lebih untuk proses pengerjaannya dibandingkan dengan membuat soal LOTS. Sedangkan realita bagi peserta didik sendiri adalah kurang terbiasanya mereka mengerjakan soal dengan model HOTS tersebut. Namun, jika hal tersebut sudah menjadi kebijakan pemerintah, maka guru dan peserta didik tidak bisa menghindar lagi selain menghadapi soal-soal tersebut dengan berbagai cara seperti bimbingan belajar, tugas tambahan, dan banyak berdo'a.
Fokus pada soal HOTS sendiri, menurut The Australian Council for Education Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses menganalisis, merefleksi, memberikan argument, dan menerapkan konsep pada situasi yang berbeda. Soal-soal HOTS juga menuntut peserta didik menyusun dan menciptakan produk. Berdasarkan pengertian itu maka soal-soal HOTS merupakan kelompok soal kategori C4 sampai C6 dalam taksonomi bloom, karena jika dilihat dari konsepnya tujuan dari soal ini adalah melatih soft skill peserta didik pada setiap materi yang diajarkan. Contohnya seperti bagaimana memecahkan suatu masalah jika terjadi kegagalan pada praktikum, pembelajaran dengan memberi tugas peserta didik membuat pemodelan matematika, atau peserta didik diberi tugas proyek penelitian tertentu.
Tujuan sebenarnya dari soal-soal ini cukup baik, hanya saja perlu dievaluasi lagi pada penerapan pembelajaran sebelum akhirnya memberikan soal model HOTS. Akan tetapi, kapal sudah berlayar dan tidak mungkin kembali ke dermaga sebelumnya, sebab bagaimanapun juga soal HOTS ini akan dihadapi pada saat ujian terutama UNBK tingkat SMA.
Oleh karena itu, ada beberapa cara yang menurut saya dapat diterapkan untuk menghadapi soal model HOTS, karena berdo'a memohon kelapangan hati dalam menuntut ilmu itu saja tidak cukup, harus ada yang namanya ikhitiar lahir. Adapun Ikhtiar lahir yang bisa dilakukan adalah :
1. Tumbuhkan rasa ingin tahu terhadap topik pelajaran, sebab rasa ingin tahu yang tinggi dapat membuat semakin bersemangatnya kemauan untuk menggali informasi-informasi yang sedang berkembang atau yang sedang “HITS” pada saat ini, sehingga ketika diberikan stimulus tentang isu terkini dapat tepat mengambil kesimpulan.
2. Istiqomah menjaga gerakan literasi, karena semakin banyak membaca semakin banyak pengetahuan yang dapat diserap.
3. Rajin berlatih berbagai tipe soal, baik soal LOTS yang merupakan dasar pegetahuan, sampai soal yang sulit. Ingat, "Difficulty is not same as HOTS" Artinya Soal sulit belum tentu hots karena bisa saja, peserta didik tidak memahami makna tertentu dari suatu kata dalam soal sehingga tidak bisa mengerjakan dengan tepat soal tersebut.
4. Jangan nerveous ketika menjelang ujian dan pasrahkan semua hasil kepada Allah
Bagi guru salah satu cara dalam menghadapi soal HOTS adalah sebisa merubah stratetegi pembelajaran yang teaching center menjadi student center yang berbasis aktivitas.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat diperoleh dengan strategi belajar berbasis aktivitas ini, karena sebuah aktivitas dapat mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, mampu memecahkan masalah (problem solving) dan dapat dengan muda mencari ide pembuatan produk yang bisa dimanfaatkan dari proses pembelajaran.
Apapun kebijakan pemerintah sebagai pendidik dan peserta didik harus selalu siap. Bersiap dengan segala tuntutan, bersiap dengan segala rencana strategi yang akan dipakai. Tujuannya kebijakan tersebut pastilah sudah dipikirkan secara matang pemerintah dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan kualitas output peserta didik di Indonesia.
Siti Mar’atush Sholihah, S.Si.
Guru Biologi
SMA Bayt Alhikmah
Setuju, sebaik nya kita tidak terlalu banyak protes atas keputusan tersebut. Toh itu untuk kepentingan pendidikan indonesia
ReplyDeleteBetul kapal yang berlayar tidak akan kembali ke dermaga..☺️
ReplyDeleteYes, sepakat..... Terus semangat menulis .....
ReplyDelete.....لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا...
ReplyDeleteMore pain more gain...InsyaAllah...
😊😊😊